Title page

Sabtu, 10 Desember 2011

Janin bersama penatnya

Saatnya melepas penat aktifitas marionet. Ya, marionet, sebuah boneka yang diamainkan dari atas dengan sebuah tali. Semua sudah diatur oleh sang Pengatur. Disini Janin menambah kembali tempat pelabuhan, menyandarkan tali ketat kehidupan. Tali yang berjalan sesuai jalur dan batasan yang formal. Lurus terus dan butuh keberanian yang besar, tangguh untuk menentangnya. Seringkali pun tak lepas dari ketakutan akan sebuah keputusan.

Rabu, 16 November 2011

Biasakan Tak Terbiasa

Tiba saat langit terbelah dua, warna jingga pun memudar. Pecah ke seluruh penjuru bumi. Setiap manusia bertanya apa yang telah terjadi. Seorang anak kecil yang belum waktunya berfikir pun bergumam dengan polos, “I can’t believe it” about that. I think it will be fine”. Segerombolan burung terbang menerobos tebalnya awan menuju arah penasaran, berharap menemukan titik jawaban. Komunitas hutan berlari ketakutan ke titik arah rasa takut. Ekosistem dalam laut berantakan, saling bertanya, saling memberitahu, saling mencari tahu, yang sebenarnya sok tahu apa yang diketahuinya. Hanya sebuah pandangan hasil dari otak yang berputar. Pada dasarnya mereka sadar bahwa hal itu belum benar. Sebuah pemandangan yang luar biasa terjadi. Fatamorgana terlihat dari balik kejauhan. Bukan salah langit, bukan salah jingga, tetapi salah kami. Mereka sedang belajar dan dihajar. Berproses dari sebuah hal kebiasaan menjadi tak biasa, menjadi kebiasaan, menjadi tak biasa, dan menjadi suatu hal dipaksakan bahwa ini adalah kebiasaan yang biasa saja. Meski ada rasa menyelimuti proses tersebut. Terbelah bukan berarti kiamat, akhir kehidupan. Filsafat keyakinan mengajarkan akan ada kehidupan setelah kehidupan. Abadi. Disitu kita bisa mewujudkan yang belum terwujud di dunia.
Jalanilah…
Rasakanlah…
Nikmatilah…
Setiap manusia pada jalur karakternya, mempunyai hak membunuh.

Intuisi seseorang yang bercerita tentang keadaan yang terjadi. Tanpa sebatang rokok dan kopi layaknya seorang penulis.

Senin, 10 Oktober 2011

Dibalik Pekerjaan Menunggu

Kebanyakan dari setiap orang di dunia ini membenci yang namanya pekerjaan menunggu. Seseorang mengatakan kepada gw dengan langsung, “menunggu adalah hal yang membosankan, gw lebih baik ditunggu deh dari pada menunggu”. Dalam hati hanya berkata yah itu mah gak jauh beda. Kenapa loe membenci sesuatu tetapi loe yang menciptakan sendiri. Hal ini yang buat gw berfikir dan lumayan membuat 7 burung berputar di sekitar kepala gw. Jika semua orang berpegang teguh gak mau menunggu, ya gak usah membuat orang lain menunggu dirinya. Itu malahan menambah semakin banyak orang yang gak suka menunggu. Alhasil hal ini juga bisa timbul akibat pembalasan dendam akibat dibuat menunggu dengan seseorang. Paling gak mungkin mereka berpikir “rasain tuh emang enak nungguin orang…”.

Dan kalo gw pikir lebih dalam lagi, orang yang membenci menunggu pasti dia gak sadar kalo dirinya sedang menunggu sesuatu. Entah menunggu hasil ujian yang gak tahu hasil akhirnya lulus atau gak. Mmm.. atau yang lebih gak sadar lagi masa depan gw seperti apa ya? Siapa pendamping hidup gw yang sebenarnya? Itu pertanyaan yang sulit dijawab. Esok hari adalah esok hari, yang ditentukan langkah kita di hari ini.

Nikmatilah dalam proses menunggu sesuatu, hal yang kita nikmati akan sedikit tak terasa bahwa kita sedang menunggu sesuatu.

#belajar untuk tidak membuat orang lain menunggu kita. (sulit itu pasti, setidaknya lawanlah)

12.00 am @deharoom, 10 Oktober 11

Minggu, 31 Juli 2011

Apa kata Pengamat dari Jurnalteater's BLog

Pentas Teater Own: Satu Atap Satu Pijak Karya: Komunitas Bukit Duri, Sutradara: Dwi Hadianto Aswad

Apakah kalian Sang Pencipta yang berhak menentukan keyakinanku. Cerita tentang sebuah keyakinan atau aliran dari suatu keyakinan yang berbeda. Membuat tidak ada lagi kekhusukan dalam menjalankan suatu aliran dari suatu keyakinan. Kalau berbeda, berarti berseberangan, bermusuhan bahkan halal untuk dibunuh atau dumusnahkan.

Teater Own mengangkat kisah atau cerita yang memang sedang hangat bahkan ada kontekstualnya tentang suatu aliran dari suatu keyakinan. Sebagai suatu bahan untuk bersama-sama direnungkan dan direfleksikan – antara pertunjukan dengan para penontonnya.

Pementasan dari Teater Own lebih mengedapankan konfigurasi dan koreografis dari rangkaian adegan gruping yang menggambarkan massa sedang marah pada suatu aliran yang berbeda dari suatu keyakinan. Pemeranan dari para tokoh-tokohnya biasa saja belum maksimal secara greget dan memberikan kesan yang memukau bagi penontonnya.

Penyutradaraannya oleh Dwi Hadianto Aswad. Kurang cerdas dalam mengurai tematik yang diangkat dan diusung tentang perbedaan aliran keyakinan dari suatu keyakinan tertentu. Pertunjukan secara menyeluruh hanaya terasa sebagai suatu perenungan yang reflektif.

Jumat, 01 Juli 2011

Pentingkah Sebuah Kerisauan Tentang Perbedaan

Kita sama-sama manusia
Terlahir dalam indah dunia
Mengapa kita saling mencerca
Mengapa kita saling menghina
Perbedaan selalu ada
Jika kita tak merisaunya
Hidup damai yang akan kau rasa

Barat timur selatan utara
Kesombonganmu tak akan guna
Semua sama dihadapanNya
Semua kan kembali padaNya
Perbedaan selalu ada
Jika kita tak merisaunya
Hidup damai yang akan kau rasa

Mulailah hari ini tuk tersenyum semua
Kepada setiap makhluk-makhluk ciptanNya
Hingga tiada lagi kita merasa duka
Karna kita hidup
Satu atap satu pijak

Sabtu, 25 Juni 2011

S.A.S.P.


Pencarian jati diri seorang anak yang bernama Ahmad. Ia terlahir di tengah keluarga yang sederhana. Ahmad senang bermain bersama teman-temannya, bercanda menghabiskan waktu hingga waktu berubah menjadi gelap.
Namun masa bermain Ahmad tidak berlangsung lama. Kini ia dimusuhi oleh teman-temannya. Ia dijauhi dan dibiarkan untuk bermain sendiri. Tidak lagi merasakan tawa canda yang seperti biasanya. Hingga jawaban muncul sebelum pertanyaan tersampaikan.
Sepeninggal kedua orangtuanya membuat Ahmad hilang arah. Pertemuannya dengan seniman patung memberikan sebuah pemikiran.
Sebuah keyakinan yang berbeda membuat ia tidak lagi merasakan apa yang harusnya ia rasakan. Sebuah keyakinan yang seharusnya dimiliki setiap manusia dihadapan Tuhan, kini ditentukan oleh manusia yang lain.

“Apakah kalian Tuhan yang berhak menentukan keyakinanku?”

Sabtu, 08 Januari 2011

Langit Merenung

Sudah lama aku tidak berpijak disana
Merasakan yang tidak seperti biasa
Merasakan apa yang mereka rasakan
Kembali ke titik normal
Kembali ke titik dimana orang-orang selalu bilang aku diatas normal
Tidak bisa membedakan kesegaran dan kehausan
Waktu selalu diatas langit aku habiskan
Sementara di bumi
Waktuku untuk beristirahat

Aku menyesal?
Tidak adalah satu jawaban diantara satu jawaban lainnya
Yang tadinya hanya mempunyai plastik untuk menampungnya
Kini aku membeli gayung, ember sampai harus beli bak bulat besar
Bukan karena gak cukup
Tapi karena memang aku selalu yang ingin menambahnya
Aku yakin itu berguna buatku mungkin berguna buat kamu
Iya mungkin…

Ada yang bilang milikku tidak jernih, bau dan tidak berwarna
Ini bisa merusak pencernaan
Bisa membuat mereka sakit
Namun aku tetap saja ingin memberi
Pikirku daripada…