Title page

Rabu, 16 November 2011

Biasakan Tak Terbiasa

Tiba saat langit terbelah dua, warna jingga pun memudar. Pecah ke seluruh penjuru bumi. Setiap manusia bertanya apa yang telah terjadi. Seorang anak kecil yang belum waktunya berfikir pun bergumam dengan polos, “I can’t believe it” about that. I think it will be fine”. Segerombolan burung terbang menerobos tebalnya awan menuju arah penasaran, berharap menemukan titik jawaban. Komunitas hutan berlari ketakutan ke titik arah rasa takut. Ekosistem dalam laut berantakan, saling bertanya, saling memberitahu, saling mencari tahu, yang sebenarnya sok tahu apa yang diketahuinya. Hanya sebuah pandangan hasil dari otak yang berputar. Pada dasarnya mereka sadar bahwa hal itu belum benar. Sebuah pemandangan yang luar biasa terjadi. Fatamorgana terlihat dari balik kejauhan. Bukan salah langit, bukan salah jingga, tetapi salah kami. Mereka sedang belajar dan dihajar. Berproses dari sebuah hal kebiasaan menjadi tak biasa, menjadi kebiasaan, menjadi tak biasa, dan menjadi suatu hal dipaksakan bahwa ini adalah kebiasaan yang biasa saja. Meski ada rasa menyelimuti proses tersebut. Terbelah bukan berarti kiamat, akhir kehidupan. Filsafat keyakinan mengajarkan akan ada kehidupan setelah kehidupan. Abadi. Disitu kita bisa mewujudkan yang belum terwujud di dunia.
Jalanilah…
Rasakanlah…
Nikmatilah…
Setiap manusia pada jalur karakternya, mempunyai hak membunuh.

Intuisi seseorang yang bercerita tentang keadaan yang terjadi. Tanpa sebatang rokok dan kopi layaknya seorang penulis.

Tidak ada komentar: